PERMASALAHAN
GIGI PADA LANSIA
Suhariani S. Kusnandi *
ABTSRAK.
Proses
penuaan adalah perubahan morphologi dan
fungsional pada suatu organisme sehingga menyebabkan kelemahan fungsi serta
menurunnya kemampuan untk bertahan terhadap tekanan-tekanan disekitarnya atau
merupakan perubahan progresif irrevesible dalam sel,organ atau organisme secara
keseluruhan sejalan dengan berlalunya waktu.
Proses penuaan
tidak dapat dicegah tetapi faktor ketidakmampuan atau kelemahan fungsi sebagai
akibat yang ditimb ulkan dapat diminimalkan.
Populasi orang
usia lanjut yang masih memiliki sebagian giginya semakin meningkat.keadaan ini
membutuhkan perawatan gigi tiruan lepasan.
Seorang dokter
gigi perlu mengetahui dan mempertimbangkan perubahan, anatomi, fisiologi, histologi
dan keadaan psikologis serta factor-faktor khusus lainnya yg mengikuti prpses
penuaan. Anamnese, persiapan mulut dan jenis perawatan yg dilakukan harus
disesuaikan dengan keadaan pasien tersebut.
Menginstruksikan
pasien agar tetap memeliharan gigi tiruannya dan mentaati prosedur pemanggilan
kembali merupakan faktor yang penting agar perawatan gigi tiruan sebagian
lepasan dapat berlangsung dalam jangka waktu m aksimal.
PENDAHULUAN.
Gerodontologi
adalah ilmu kedokteran yang mempelajari tentang proses penuaan (Davidoff
dkk,1972 ). Geriatrik merupakan orang2 lanjut usia (lansia) yang merupakan tanggung jawab orang,badan atau
organisasi tertentu dalam merawat
kesehatannya.
Cabang ilmu
kedoketran gigi yang berhubungan dengan masalah2 kesehatan gigi dan mulut orang
lansia disrebut gerodontologi atau geriodontik (Heartwell dan Rahn 1974).
Beberapa ahli
menyatakan sebetulnya tidak ada batas waktu yang jelas yang dapat dian ggap
sebagai awal proses penuaan. unt beberapa negara maju ada yang menggunakan usia
65 tahun sebagai batas awal kelompok ini (Haryanto, 1986) Papas,dkk (1991)
mengemukakan hal yang sama yaitu lanjut usia
dimulai dari usia 65tahun atau lebih.
|
|
* Kepala UPF/Bagian Gigi dan Mulut
* Dokter Gigi Spesilais Prostodonti
|
|
Populasi pasien
lansia di dunia meningkat, hal ini disebabkan oleh perbaikan keadaan sosial,
pengobatan serta perawatan kesehatan
yang semakin maju.
Di Amerika
peningkatan proporsi pasien lansia, didominasi
oleh kelompok usia 75 tahun atau lebih (Berkey dkk,1996)
Berbeda dengan New England pertumbuhan populasi lansia paling banyak
adalah usia 85 tahun lebih ( Marcus dkk, 1996).
Sedangkan di
Indonesia populasi usia 65 tahun ke atas dari waktu ke waktu
terusmeningkat.Tahun 2000 diperkirakan terdapat 9,99% (22.277.700 jiwa) jumlah
orang lansia di Indonesia (Hamzah ,1998)
Salah satu
definisi proses penuaan adalah suatu
perubahan yang progresif irrevesibel daalam sel,organ,atau organisme secra
keseluruhan sejalan dengn berlalunya waktu (Davidoff dkk,1972)
Senil atropi
merupakan atropi yang secara fisiologis terjadi diusia tua. Secara teoritis,
atropi menunjukkan suatu perubahan kuantitatif, yaitu berkurangnya jumlah
sel-sel yang mengakibatkan ukuran jaringan atau oergan jadi berkurangnya.(grant
dkk,1979). Jika hal ini terjadi pada jaringan periondontal maka akan terlihat
recessi ginggiva, berkurangnya ketinggian tulang alveolar, berkurangnya elemen
sellular jariingan ikat ginggiva dan
semakin tipisnya serabut membran periodontal yang dapat menyebabkan kegoyangan
gigi.(Glickman, 1958).. Namun timbulnya kesadaran akan pentingnya kesehatan
gigi, tersedianya pelayanan gigi, serta peningkatan pemakaian pasta gigi
berflour dan obat kumur,menyebabkan
meningkatnya jumlah lansia yang masih bergigi (Natamiharja,2000)
Berdasarkan
penelitian di Japan oleh Miyasaki tahun 1992, jumlah gigi rata-rata yang
dimiliki usia 65-74 tahun, 75-84 tahun dan diatas 85 tahun.(Hamzah,1998)
Lansia rata2 kehilangan gigi 10 sampai 20 buah, banyaknya jumlah
pasien lansia yang tidak mempunyai gigi
menyebabkan perawatan gigi diutamakan pada perawatan Prostodontik.
PERUBAHAN FISIOLOGIS RONGGA MULUT PADA
LANSIA.
Gigi tiruan
dibuat tidak hanya sekedar mengganti gigi yang hilang saja tetapi harus mampu
memenuhi syarat-syarat keberhasilan sebuah gigi tiruan serta mampu
mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih tinggal Gigi tiruan yang baik dan memuaskan adalah
gigi tiruan .yang dapat memperbaiki fungsi pengunyahan, memperbaiki fungsi
estetik dan fonetik
Pembuatan gigi
tiruan pada pasien lansia harus mempertimbangkan perubahan-peribahan fisiologis
dalam rongga mulut yaitu:
Perubahan Mukosa Mulut .
Pertambahan usia
menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan,
berkurangnya keratinisasi, berkurangnya kapiler dan suplai darah, penebalan
serabut kolagen pada lamina propia.
Akibat secara klinis mukosa mulut memperlihatkan
kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis
kering,dengan proses penyembuhan yang lambat. Hal ini menyebabkan mukosa
mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan atau gesekan yang
diperparah dengan berkurangnya aliran saliva.
Perubahan Ukuran Lengkung Rahang.
Proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan
osteoporosis pada tulangnya.
Pada Rahang Atas arahnya ke bawah dan keluar, maka
pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi kearah atas dan dalam.Karena
lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam.
Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan lebih
cepat. Dengan demikian lengkung maksila
akan berkurang menjadi lebih kecil sehingga permukaan landasan gigi menjadi
berkurang.
Pada Rahang Bawah. Inklinasi gigi anterior umumnya keatas dan ke
depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau
sedikit miring ke arah lingual.
Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih
tebal .Resorbsi pada tulang alveolar mandibula terjadi kearah bawah dan
belakang kemudian kedepan. Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut,
hubungan jarak antara mandibula dan
maksila sehingga terjadi perubahan posisi mandibula dan maksila.
Resorbsi linggir alveolar.
Tulang akan mengalami resorbsi dimana resorbsi
berlebihan pada puncak tulang alveolar
mengakibatkan bentuk linggir yang datar
dan merupakan masalah karena gigi
tiruan lengkap kurang baik dan terjadi ketidak seimbangan oklusi.
Resorbsi paling besar terjadi 6 bulan pertama
sesudah pencabutan gigi anterior atas dan bawah.
Pada rahang atas sesudah 3 tahun dan resorbsi
sangat kecil dibandingkan rahang bawah.
Perubahan Aliran Saliva.
Dengan bertambahnya usia menyebabkan perubahan dan
kemunduran kelenjar saliva.
Banyak pasien
lansia dengan penyakit sistemik menerima pengobatan akan mempengaruhi
fungsi saliva dan mungkin mengalami serostomia.
Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi
gigi tiruan. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga
fungsi pengunyahan berkurang, kecekatan gigi tiruan berkurang. (Boucher,1982)
Prinsip Pembuatan Gigi Tiruan Pada Lansia.
Pasien yang akan dirawat prostodontik dipersiapkan
untuk menerimna prosedur perawatan.
Tujuan perawatan bagi lansia adalah untuk
memelihara kesehatan dan fungsi sistim pengunyahan. Menetapkan suatu cara hidup
yang optimal dalam menjaga kebersihan mulut dan diperlukan tingkat kerja sama
yang baik.
Struktur Anatomi, Fisiologi Dan Histologi
Anatomi, Fisiologi dan Histologi Jaringan Keras:
-
Gigi.
-
Tulang.
Anatomi, Fisologi dan Histologi Jaringan Lunak
Rongga Mulut.
-
Ginggiva.
Keadaan psikologis.
Keadaan mental
dan sikap lansia dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara pengalaman
masa lalu, faktor sosial, ekonomi serta perubahan fisiologhis akibat proses
penuaan.
Salah satu
perubahan mengakibatkan kurangnya kemampuan
untuk menerima atau menyimpan
informasi-informas baru, menyelesaikan suatu masalah dan mengembangkan
lasan-alasan yang logis (Johson dan Sratton,1980).Termasuk ke mampuan persepsi
menurun, disebabkan oleh kurang baiknya fungsi organ perasa ( Franks dan
Hedegard, 1973)
Depresi
merupakan keadaan yang paling sering terjadi Prevalensi depresi meningkat
dengan bertambahnya usia. Diperkirakan
antara 15% sampai 30% orang tua menderita keadaan ini.
Depresi dapat
mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan berat badan, tidak mampu memelihara
diri sendiri dan kurang motivasi ( Basker dkk.1996)
Seseorang yang
mengalami depresi lebih banyak mengeluh, kurang daya ingat dan lebih lemah bila
di bandingkan dengan orang yang tidak depresi. Jika di bandingkan dengan orang
muda, maka tingkat kecemasan pada lansia lebih tinggi.
Mereka lebih
sering mengabaikan tugas-tugas yang diberikan padanya dan selalu khawatir
terhadap dirinya sendiri.(Permutter dan Hall,1992)
Berhubungan dengan
keadaan diatas, maka dokter gigi harus memahami kesulitan pasien dan memberikan
penjelasan secara perlahan-lahan (Lacopino,1997).
Ajaklah pasien
agar dapat berkomukasi dan mempercayai dokternya. Satu hal yang perlu
diingat,jangan membuat pasien merasa bosan karena menunggu terlalu lama ataupun
melakukan perawatan yang melelahkan.
FAKTOR-FAKTOR KHUSUS LAIN
PENYAKIT SISTEMIK YANG DIDERITA LANSIA.
Berikut ini merupakan penyakit-penyakit sistemik
yang biasa terjadi pada lansia diantaranya.:
- Diabetes Mellitus.
- Menurunnya resistensi terhadap infeksi yang
dikombinasi dengan masalah sirkulasi peredaran darah, megakibatkan jaringan
gingiva pada pasien diabetes menjadi
sensitif.Edema, perdarahan dan penyakit periodontal semakin meningkat, rasa
terbakar pada lidah adalah simptom yang paling sering muncul.
- Kandidiasis juga dapat terjadi pada pasien ini.
Pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang efektif adalah faktor yang sangat
penting untuk mencegah infeksi gingiva.Dokter gigi harus mengetahui riwayat
pengobataan dan beberapa penyakit yang dapat menyertai serta dapat memilih
modifikasi perawatan yang tepat ( Papas,dkk,1991)
- Sebelum
melakukan perawatan, kadar gula pasien perlu dipertimbangkan (Berkey,dkk,1996).
2. Hipertensi dan Stroke.
Pasien yang pernah mengalami stroke sering kali meminum obat-obat
antikoagulan, antihipertensi. Keteka merencanakan suatu perawatan terhadap
pasien yang menderita hipertensi atau pernah mengalami kerusakan
serebrovascular, dokter gigi jhrus mengurangi faktor- faktor yang dapat
meningkatkan stress, lebih berhati hati terhadap pemberian obat
(Berkey,dkk,1996 )
3. Penyakit Parkinson
Gerakan ritmik pada mulut atau lidah, serta tetesan saliva yang tidak terkontrol sering
menyertai penderita penyakit Parkinson.Keadaan ini kan menyulitkan operator untuk mencatat
hubungan antara rahang atas dan bawah. secara akurat untuk keperluan pembuatan
gigi tiruan (Burket,1971; Baster,dkk.,1996)
4. Artritis.
Bila artritis mengenai tangan, maka sulit bagi pasien untuk membersihkan
gigi tiruannya (Basker, dkk., 1996).
Gigi tiruan sebagian lepasan
harus didesain sedemikian rupa sehingga insersi dan pelepasannya dapat
dilakukan dengan mudah. Menggunakan larutaan pembersih sangat membantu pasien
untuk mencegah penumpukan plak pada gigi tiruan (Basker, dkk,1996).
Osteoatriitis merupakan
penyakit degenerasi sendi yang umumnya terjadi karena proses penuaan.
Osteoartritis pada sendi temporomadibular dapat menyebabkan pecahnya permukaan artikular bahkan perforasi diskus artikular
sehingga menimbulkan rasa sakit dan pergerakan rahang yang terbatas. Sedangkan
rematoid artritis mampu mengikis tulang dan kartilago sehingga menyebabkan
malfungsi dan maloklusi.
5. Endokarditis
6. Kanker
7. Arterio sclerosis
8. Kelainan pernafasan
FAKTOR RESIKO UTAMA DALAM MEMPERTIMBANGKAN PERAWATAN PADA LANSIA OMPONG
SEBAGIAN DALAH DIHUBUNGKAN DENGAN:
- Faktor resiko untuk penyakit periodontal pada lansia. yaitu:
-
Oral hygiene yang buruk
-
Kehilangan gigi
-
Penyakit periodontal yang parah
- Gigi tiruan (Desain, kebiasaan penggunaan)
-
Intake vitamin C rendah
-
Perokok
- Penyakit jantung coroner.
- Faktor Resiko untuk karies pada pasien usia
lanjut
- Usia, adat, perokok, intake karbohidrat yang tinggi,
jarang menyikat gigi,serostomia,OH buruk,
resesi gusi, kehilangan gigi, riwayat karies mahkota dan akar
- Faktor resiko untuk masalah fungsi pada pasien
lansia ompong sebagian.
- Resorpsi llinggir, adaptasi gigi tiruan kurang
baik, bruxim, atrisi.
- Faktor Resiko Pasien dengan Perawatan yang
buruk pada Gigi tiruan Lengkap.
- Masaalah Pengunyahan : Resorpsi linggir alveolar,
atropi otot
-
Reaksi sakit lokal
-
Mulut terasa terbakar : desain gigi tiruan yang buruk, penyakit sistemika,lergi
terhadap komponen gigi tiruan.
-
Kekecewaaaan pada keadaan gigi
tiruan: kualitas gigi tiruan yang buruk
- Kurangnya
saliva.
PASIEN
MEDICALLY COPPACERMISED
Pasien yang menderita penyakit
sistemik yang akan dilakukan perawatan gigi dikerjakan dibagian Spesialis Care
Dentistry yaitu :
- Perawatan di bidang Kedokteran Gigi yang memperhatikan
kasus-kasus khusus pada individu maupun group di masyarakat dengan gangguan
fisik, kesehatan umumnya, intelektual, emosi ataupun sosial. (Joint Advisory
Committee for SCD 2002).
Contoh :
Pasien pada waktu akan dilakukan pencabutan pasien menderita
kecemasan, dengan pendekatan psikologi dapat dilakukan dengan dibawah sadar
tetapi masih ada rasa cemas, sehingga tensi dan nadi akan naik, harus diberi
oksigenasi 100% : 3-4 liter/menit agar pasien lebih nyaman , nadi dan tensi akan
terkendali.
Team SCD meliputi multi displin antaralain :
- Anestesi
- Bedah Mulut
- Prosthodontie
- Penyakit Dalam
Yang dapat dikerjakan di SCD :
1. Over anxiety/pasien sangat cemas
2.
Physically Handy caped
3.
Mentallity Handy caped
4.
Pasien dengan Medically
Compromised termasuk: pra radiasi congenital heart desease
KESIMPULAN.
-
Seorang
Dokter gigi dalam merawat lansia pada dasarnya tidak berbeda dengan merawat
pasien usia muda.
-
Untuk
menentukan rencana perawatan yang baik pada lansia diperlukan identifikasi
gejala-gejala klinis pada pasien, mempertimbangkan faktor resiko dan menentukan
prognosis beik jangka pendek ataupun jangka panjang sehingga kita dapat
melakukan perawatan yang tepat bagi lansia tersebut.