PENATALAKSANAAN SINUSITIS
Dr. Asad, Sp.THT-KL
I. Pengertian Sinusitis
Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa
sinus paranasal. Sinus paranasal merupakan rongga-rongga yang berisi udara
terletak di sekitar rongga hidung, sinus-sinus ini dilapisi membran mukosa
berupa epitel torak bertingkat semu bersilia dan sel-sel goblet. Sel-sel goblet
dan kelenjar seromukosa di tunika propia memproduksi palut lendir (mucous
blanket)yang menyelimuti seluruh mukosa. Sinus maksila yang normal akan
memperbaharui palut lendir setiap 20-30 menit. Sistem mukosilier terdiri dari
gabungan epitel bersilia dan palut lendir, fungsinya untuk proteksi dan
kelembaban udara inspirasi. Debu dan patogen yang melekat pada palut lendir
ini, akan terpapar pada sel mast, lekosit PMN, eosinofil, lisozim,
imunologlobulin G dan interferon. Palut lendir ini akan didorong oleh silia
menuju ostium alami. Vaskularisasi sinus berasal dari a. Karotis interna dan
ekterna. Sistem vena dan limfatiknya melalui ostium sinus bergabung dengan
sisitem vena dan sistem limfatik kavum nasi. Peradangan atau kondisi alergi
pada kavum nasi dimana terjadi kongesti vena atau limfatik akan menyebabkan
kongesti sinus sehingga terjadi kegagalan drainase moucus. Sinus paranasal
berjumlah empat pasang yaitu :
- Sinus
frontalis.
- Sinus
ethmoidalis anterior dan posterior
- Sinus
maksilaris.
- Sinus
sphenoidalis.
Sinus paranasal dibagi dalam dua kelompok yaitu grup anterior dan grup
posterior. Grup anterior terdiri dari sinus frontalis, sinus maksilaris dan
sinus ethmoidalis anterior, sedangkan grup posterior terdiri dari sinus
ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis. Sinus grup anterior bermuara di
meatus media dan sinus grup posterior bermuara di meatus superior. Di meatus
media terdapat celah-celah sempit yang mudah mengalami penyumbatan, daerah
tersebut disebut komplek osteo-meatal yung terdiri dari resesus frontal,
infundibulum dan bulaetmoid.
II. Klasifikasi Sinusitis
Sinusistis
dibagi emapat katagori yaitu sinusistis akut, subakut, kronis dan berulang.
Bila sinusitis berlangsung kurang dari 4 minggu, disebut sinusitis akut. Bila
berlangsung lebih dari 4 minggu, tetapi kurang dari 12 minggu disebut sinusitis
subakut. Kalau gejala berlangsung lebih dari 12 minggu disebut sinusitis
kronik. Bila sinusitis akut kambuh 4kali
atau lebih dalam setahun disebut sinusitis berulang.
Kalau
dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila
terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusutis subakut, bila tanda akut
sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus masih reversibel dan disebut
sinusitis kronik, bila perubahan histologik mukosa sinus sudah ireversibel,
mesalnya sudah berubah menjadi jaringan granulasi.
III. Patofisiologi Sinusitis
Proses
terjadinya sinusitis diawali oleh adanya oklusi atau penyumbatan ostium sinus
yang akan menghambat ventilasi dan drainase sinus sehingga terjadi penumpukan
sekret dan mengakibatkan penurunan oksigenisasi serta tekanan udara di rongga
sinus. Penurunan oksigenisasi sinus akan menyuburkan pertumbuhan bakteri
anaerob.Tekanan dalam rongga sinus yang menurun pada akan menimbulkan rasa
nyeri di daerah sinus yang terkena sinusitis. Karena ventilasi terganggu, PH
dalam sinus akan menurun dan hal ini akan menyebabkan silia menjadi hipoaktif
dan mukus yang diproduksi menjadi lebih kental. Bila sumbatan berlanjut akan
terjadi hipoksia dan retensi mukus yang
merupakan kondisi ideal untuk tumbuhnya kuman patogen. Infeksi dan toksin
bakteri selanjutnya akan mengganggu fungsi mukosa karena menimbulkan inflamasi
pada lamina propia dan mukosa menjadi bertambah tebal yang kemudian
memperberat terjadinya oklusi, sehingga
terjadi semacam lingkaran setan.
Sinus grup anterior lebih sering terkena sinusitis karena di meatus
media terdapat celah-celah sempit yang mudah mengalami penyumbatan, daerah
tersebut disebut komplek osteomeatal yung terdiri dari resesus frontal,
infundibulum dan bulaetmoid. Permukaan mukosa di daerah osteomeatal komplek
berdekatan satu sama lain, bila terjadi edema maka mukosa yang berhadapan pada
daerah sempit ini akan menempel erat atau kontak sesamanya sehingga silia tidak
dapat bergerak dan mukus tidak dapat dialirkan dan pada saat yang bersamaan
dapat terjadi edeme serta oklusi ostium sinus grup anterior yang merupakan awal
dari proses terjadinya sinusitis. Khusus untuk sinus maksilaris dasarnya
berbatasan dengan akar gigi premolar I sampai molar III atas dan bila terjadi
infeksi pada gigi tersebut dapat menyebar ke sinus maksila dan biasanya
unilateral.
Beberapa faktor
yang mempengaruhi berkembangnya sinusitis :
- Alergi
- Varian anatomi
- Infeksi
- Tumor nasal
- Polip
- Defisiensi immun
- Kelainan mukosiliar
- Iritasi polusi udara
- Trauma maxilofacial
Beberapa kuman
yang sering ditemukan pada pasien sinusitis,
- Sinusitis akut dan sinusitis berulang :
-
Streptococcus pneumoniae
-
Moraxella catarrhalis
-
Haemophilus influenzae
-
Staphylococcus aureus
- Sinusitis kronis :
-
Staphylococcus aureus
-
Streptococcus pneumonia
-
Haemophilus influenzae
-
Pseudomonas aeruginosa
-
Peptostreptococcus Sp
-
Aspergilus Sp
IV. Pengelolaan
1.
Sinusitis akut
Gejala subjektif
Terdapat gejala sistemik yaitu
demam dan rasa lesu; gejala lokal pada hidung terdapat ingus kental yang
kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Hidung tersumbat,
gangguan penciuman, rasa nyeri di daerah sinus yang terkena, kadang-kadang
dirasakan di tempat lain karena nyeri alih. Pada sinusitis maksila nyeri di
bawah kelopak mata dan kadang-kadang menybar ke alveolus, sehingga terasa nyeri
di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga.
Pada sinusitis etmoid rasa nyeri dirasakan di pangkal hidung ,
kantus medius, bola mata atau di belakangnya, dan nyeri bertambah bila mata
digerakan. Nyeri alih dirasakan di pelipis.
Pada sinusitis frontal rasanyeri terlokalisir di dahi atau dirasakan
di seluruh kepala.
Pada sinusitis sfenoid rasa nyeri di verteks, oksipital, di belakang
bola mata dan di daerah mastoid. Gejala pada sinusitis akut biasanya didahului
pilek yang tidak sembuh dalam waktu lebih dari 5 – 7 hari. Bisa juga disertai
batuk terutama pada malam hari.
Gejala obyektif
Pada sinusitis akut tampak pembengkakan di daerah muka. Pada sinusitis
maksila pembengkakan di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di
dahi di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis etmoid jarang ada
pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior mukosa konka tampak hiperemis dan edema.
Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak
mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitia etmoid posterior
dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior. Pada rinoskopi
posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang
sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan radiologik posisi waters, PA dan lateral. Akan tampak
perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid
level) pada sinus yang sakit.
Pemeriksaan mikrobiologik
Pada pemeriksaan mikrobiologik dari sekret di rongga hidungterutama
dari meatus media atau superior ditemukan bakteri flora normal di hidung atau
kuman patogen, seperti pneumococcus, Streptococcus, Stafilococcus dan
hemophilus influenza.
Terapi
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari.
Beberapa antibiotik yang direkomendasikan untuk sinusitis akut adalah
Amoxicillin, Amoxicillin-clavulanate, cefpodoxime proxetil dan cefuroxim,
Trimethoprim-sulfamethoxazole, clarithromycin dan Azithomycin.
Jika obat-obatan garis depan tersebut di atas mengalami kegagalan
dan kurang memberikan respon dalam waktu 72 jam pada terapi awal, maka
pemberian antibiotik dengan spektrum lebih luas bisa dipertimbangkan. Ini
termasuk fluoroquinolone generasi lebih baru, gatifloxacin, moxifloxacin dan
lefofloxaci.
Selain antibiotik dapat diberikan decongestan untuk memperlancar
drainase sinus, analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri dan mukolitik untuk
mengurangi kekentalan mukus. Bila ada rinitis alergi dapat diberikan
antihistamin. Pemberian kortikosteroid tidak direomendasikan pada sinusitis
akut.
Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali
bila ada komplikasi ke orbita atau intrakranial; atau ada nyeri yang hebat
karena ada sekret yang tertahan oleh sumbatan.
2.
Sinusitis subakut
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut, hanya tanda-tanda
radang akutnya (demam, sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda.
Pada rinoscopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau
superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring. Pada
pemeriksaan transluminasi tampak sinus yang sakit suram atau gelap. Terapinya
diberikan antibiotik bersepektrum luas, atau sesuai tes resistensi kuman,
selama 10 – 14 hari. Juga diberikan dkongestan, analgetik, mukolitik dan
antihistamin bila ada alergi.
Dapat juga dilakukan tindakan diatermi dengan
sinar gelombang pendek, sebanyak 5 sampai 6 kali pada daerah yang sakit untuk
memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian
sinus.
Tindakan intranasal lain yang mungkin perlu dilakukan antara lain
operasi koreksi septum bila terdapat devisiasi sevtum, pengangkatan polip dan
konkotomi bila ada hipertofi konka. Prinsipnya supaya drainase sekret menjai
lancar.
3.
Sinusitis kronik
Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut
dalam beberapa aspek, umumnya sukar sembuh dengan pengobatan medikamentosa
saja. Harus dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya.
Gejala subjektif
Gejala subjektif bervariasi, dari ringan sampai berat :
-
gejala hidung dan nasofaring,
berupa sekret di hidung dan nasofaring
-
gejala faring, yaitu rasa tidak
nyaman di tenggorok
-
gejala telinga, berupa
pendengaran terganggu, oleh karena tersumbatnya
tuba Eustachius
-
nyeri kepala
-
gejala mata, oleh karena
penjalaran infeksi melalui duktus naso-
lakrimalis
-
gejala saluran napas berupa
batuk, dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, berupa bronkitis atau
bronkiektasis atau asma bronkial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis
-
gejala di saluran cerna, oleh
karena mucopus yang tertelan. Dapt terjadi gastroenteritis.
Kadang-kadang gejala sangat ringan, hanya terdapat sekret di
nasofaring yang menggangu pasien. Sekret di nasofaring (post nasal drip)
yang terus menerus akan mengakibatkan batuk kronik.
Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya pada pagi hari, dan akan
berkurang atau menghilang setelah siang hari.
Gejala objektif
Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat
sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan muka. Pada rinoskopi anterior
dapat ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius atau meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke
tenggorok.
Pemeriksaan mikrobiologik
Biasanya merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba,
yaitu kumam aerob dan kuman anaerob.
Pemeriksaan penunjang berupa trasluminasi untuk sinus maksila dan
sinus frontal, pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus
maksila, pemeriksaan histologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan
sinoskopi, pemeriksaan meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan
naso-endoskopi dan pemeriksaan CT Scan.
Terapi
Terapi medis harus melibatkan antibiotik dengan spektrum luas, dan
steroid itranasal topikal untuk mengobati komponen inflamasi yang kuat
dari penyakit ini. Antibiotik
yang menjadi pilihan diantaranya amoxicillin-clavulanate, Clindamycin,
Cefpodoksime proxetil, cefuroxime, gativloxacin, moxifloxacin, dan
levofloxacin. Juga diberikan dekongestan, mukolitik dan antihistamin bila ada
rinitis alergi dan dapat juga dibantu dengan diatermi. Berbeda dengan sinusitis
akut yang biasanya segera senbuh dengan pengobatan yang tepat, penyakit
sinusitis kronis atau sinusitis akut berulang sering kali sulit disembuhkan
dengan pengobatan konservatif biasa.
Dahulu, bila pengobatan konservatif gagal, dilakukan operasi radikal
pada sinus yang terkena antara lain etmoidektomi intra nasal, yang merupakan
operasi yang berbahaya karena dilakukan secara membuta, dan banyak komplikasi
berbahaya karena sinus etmoid terletak di midfasial yang berhubungan dengan
struktur-struktur penting seperti orbita, otak, sinus kavernosus dan kelenjar
hipofisis.
Berdasarkan penemuan baru dari Messerklinger mengenai patofisiologi
sinusitis disertai bantuan pemeriksaan radiologi canggih yaitu CT scan, maka
teknik operasi lama ditinggalkan dan dikembangkan teknik baru yaitu Bedah Sinus
Endoskopi Fungsional (BSEF) atau lebih dikenal dengan Fungsional Endoscopic
Sinus urgery (FESS).
Perinsip BSEF ialah membuka dan membersihkan KOM ini sehingga
nantinya tidak ada lagi hambatan ventilasi dan drainase. Keuntungan BSEF ialah
tindakan ini biasanya sudah cukup untuk menyembuhkan kelainan sinus yang berat-berat
sehingga tidak perlu tindakan radikal.
V. Komplikasi
Komplikasi
sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik. Komplikasi
biasanya terjadi pada sinusitis akuat atau pada sinusitis kronis dengan
eksaserbasi akut.
Komplikasi yang
dapat terjadi ialah :
- Osteomielitis dan abses subperiostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan sinus maksila.
- Kelainan orbita
Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan
perkontinuitatum. Kelainannya dapat berupa edema palpebra, selulitis orbita,
abses subperiosteal, abses orbita, dan selanjutnya dapat terjadi trombosis
sinus kavernosus.
- Kelainan itrakranial
Meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan
trombosis sinus kavernosus.
- Kelainan paru
Bronkitis kronis, bronkietasis dan dapat juga timbul asma bronckial.
Daftar
Pustaka
1.
Boies L.R, Adams G.L, Hilger
P.A, Fundamental of Otolaryngology, A text book of Ear, Nose and Thoat Disease,
6th ed, 1989, W.B Saunders Co. Philadelphia, pp. 249-272.
2.
Bolger W.E, Kennedy D.W,
Zinreich S.J, Disease of the Sinuses
Diagnosis and Management, 2001, Deker B.C Inc. London, pp.1-28, 149-178.
3.
Soepardi E.A, Iskandar N, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Edisi 3, 1997, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, hal. 121-126.
4.
McCaffrey T.V, Knoops J.L, Kem
E.B, Physiology Clinical Applications, The Ontologic Clinics of North America,
Inflammatory Disease of the Sinuses, 1993, W.B Sounders Company, pp. 517-533.
5.
_____________, Kumpulan makalah
Kursus Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 1999, Perhimpunan Ahli Telinga Hidung
Tenggorok Indonesia, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan FKUI RSUPN Dr.Cipto
Mangunkusumo Bagian THT FKUI, Departement of
Otorhinolaryngology Faculti of Medicine Universiti Kebangsaan Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar